Manusia Custom

2/15/17

Manusia Custom


Ada sebuh cerita sederhana: Alkisah 2 orang sahabat yang masih sekolah, si kaya dan si miskin, keduanya tak ada masalah dengan perbedaan tersebut. Jadi inti ceritanya bukan itu.



/Cerita 1

Tiba suatu ketika mereka harus membayar uang sekolah. Si kaya tentu tidak harus bermasalah dengan uang, dengan begitu tidak pernah ada cerita SPP terlambat. Ia bisa konsen belajar dan berprestasi. Lain halnya dengan sahabatnya, di miskin.


Sebelum menuju sekolah, ibunya menyuruh si miskin untuk membawa serta sebuah bungkusan berisi makanan dan amplop serta TV 14" butut mereka, satu-satunya harta yang masih bisa diuangkan. Ibu berpesan, TV tersebut untuk digadaikan terlebih dahulu sebesar jumlah SPP, sedangkan bingkisan tersebut diberikan untuk seorang pedagang pasar. Ternyata ibu membuat makanan tersebut untuk dijual, sedang amplopnya adalah sebuah surat pengantar yang berisi permohonan.

/Cerita 2

Semasa kecilnya, si kaya dididik penuh fasilitas. Tidak pernah kekurangan gizi, bahkan mainan-mainan mahal pun tersedia lengkap. Intinya berbeda dengan masa kecil si miskin.

Si miskin tentu saja penuh kekurangan. Jangankan mainan, makanan saja seadanya, apa adanya. Nasi, sayur bayam, sambal, dan ikan layur asin adalah hidangan termewahnya. Itu pun terbatas 2X sehari.

Untuk mainan beda drastis. Mobil-mobilannya terbuat dari kotak sabun bekas (yang tak berbentuk mobil beneran). Pesawat-pesawatnnya terbuat dari kertas bungkusan tempe yang dilipat-lipat. Sedangkan layangannya terbuat dari lidi dan plastik kresek bekas belanja sayuran. Semua serba terbatas.

Singkat cerita, si kaya menjadi seorang politikus semasa hidupnya, sedangkan si miskin tentu saja menjadi, seniman!

---
Inti dari kedua cerita diatas adalah sebuah proses 2 kehidupan yang berbeda. Satu orang dididik hampir tanpa rintangan berarti, sedang yang lain penuh lika-liku kehidupan. Si miskin dididik 'secara custom'.

Untuk membayar SPP-nya saja, Ia harus melalui banyak hambatan, perjuangan, dan negosiasi dengan banyak hal (to do). Apalagi masa kecilnya dengan kotak sabun dan kertas bekas tempe itu. Bentuknya yang tak menyerupai mobil dan mainan beneran, membuatnya HARUS MENGIMAJINASIKAN benda-benda tersebut agar nampak seperti yang diinginkan. Ada usaha yang kuat untuk menjadi sesuatu (to have). Sedangkan untuk makan, Ia harus bertoleransi dengan perut, isi dompet, hingga rasa yang monoton itu. Lagi-lagi, rasa micin, sang penyedap rasa!

Jadi sudah tentu bahwa, manusia custom tersebut akan menjadi orang-orang kreatif dan pandai berinovasi. Pintar menyesuaikan jaman dan perubahan (to be). Kelak ketika memimpin, Ia lebih bisa menghargai orang lain, peduli sosial, hingga menemukan solusi-solusi perubahan menjadi lebih baik.

"Saya ternyata salah dugaan terhadap si miskin, Ia tidak benar-benar miskin. Ia kaya hati dan penuh imajinasi!"

Untuk yang hidupnya tidak custom? Ya, silakan membayangkannya sendiri.

Bantul, 15022017

0 komentar :